top of page

Program Harvest International Curruculum


Trimester 3


Penginjilan Dengan Kuasa Sesi 3 dari 5


Topik : Kemurnian dan Kekudusan dalam Menjalankan Urapan Roh Kudus


Bagian 1 : Daftar Ayat Renungan

Yesaya 6 : 1-3 “Dalam tahun matinya raja Uzia, aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"


Keluaran 28 : 42 “Buatlah celana-celana lenan bagi mereka untuk menutupi daging auratnya: celana itu haruslah dari pinggang sampai paha panjangnya.” Harun dan anak-anaknya haruslah memakainya, apabila mereka masuk ke dalam Kemah Pertemuan atau apabila mereka datang ke mezbah untuk menyelenggarakan kebaktian di tempat kudus, supaya mereka jangan membawa kesalahan kepada dirinya, lalu mati. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya baginya dan bagi keturunannya."


Mazmur 133 : 1-3 “Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.”



Bagian 2: Topik Kuliah


Pendahuluan

Kemurnian dan kekudusan merupakan suatu keharusan jika kita mau menjalankan urapan Roh Kudus. Setelah kita menerima Roh Kudus, maka kita harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya menjadi hamba Tuhan sesuai kehendakNya. Pada sesi ini kita akan berbicara tentang kemurnian hati dan kekudusan yang dibutuhkan untuk membawa urapan Roh Kudus.


1. Pelayanan yang Sempurna dari Sudut Pandang Sorgawi .

Yesaya 6 : 1-3 “Dalam tahun matinya raja Uzia, aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"


Dari peristiwa yang terjadi disurga tersebut, kita ketahui bahwa Yesaya diijinkan untuk melihat apa yang terjadi disekitar Tahta Allah dengan para Serafim. Serafim adalah malaikat yang bertugas di sekitar tahta Allah yang maha kudus. Tidak ada sesuatu yang kotor atau tidak kudus boleh mendekat ke tahta Allah. Serafim memiliki tiga pasang sayap yaitu: dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka, dan dua sayap dipakai untuk melayang layang.


1.A. Serafim memakai dua sayap untuk menutupi muka mereka yang menggambarkan kerendahan hati.

1.A.1. Serafim menutupi muka mereka dengan sayapnya karena mereka sadar bahwa Yesaya yang sedang melihat mereka, dan mereka tidak ingin mengganggu pandangan Yesaya terhadap pusat pandangan, yaitu Allah di tahtaNya. Ini menggambarkan kerendahan hati karena Serafim tidak mau melangkahi atau berdiri lebih tinggi dari Allah. Ini adalah perilaku yang sangat baik untuk diingat bagi semua hamba Tuhan.

1.A.2. Yesuslah fokus pandangan dari setiap hamba Allah. Saat Yohanes pembaptis bertemu Yesus untuk dibaptis, Yohanes berkata : “lihatlah anak domba Allah yang menghapus dosa dunia.” Kata kata ini memberikan juga pengertian bahwa :

1. Yesus adalah sumber semua mujizat.

2. Yesus adalah subyek semua mujizat.

3. Yesus adalah dasar dari semua mujizat.

4. Sinar dari salib tidak dimaksud untuk menyoroti hamba Tuhan-nya.

Yesus tidak mati di kayu salib untuk memberikan gembala dan penginjil sebuah karir yang mempermuliakan mereka. Yesus mati untuk mencari dan menyelamatkan orang orang yang terhilang.

1.A.3. Jika kita mau melayani Tuhan dengan sempurna, maka kita harus belajar untuk menyembunyikan muka atau wajah kita dan selalu menunjuk kepada Yesus.


1.B. Serafim memakai dua sayap untuk menutupi kaki mereka yang menggambarkan kemurnian dan kekudusan.

1.B.1. Di dalam Alkitab, kaki yang tidak bersih biasanya melambangkan suatu pekerjaan yang sembrono (Yesaya 52 : 11).

1.B.2. Alkitab mengatur baju yang dipakai oleh para pendeta di Perjanjian Lama. Keluaran 28 : 42-43 “Buatlah celana-celana lenan bagi mereka untuk menutupi daging auratnya: celana itu haruslah dari pinggang sampai paha panjangnya.” Harun dan anak-anaknya haruslah memakainya, apabila mereka masuk ke dalam Kemah Pertemuan atau apabila mereka datang ke mezbah untuk menyelenggarakan kebaktian di tempat kudus, supaya mereka jangan membawa kesalahan kepada dirinya, lalu mati. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya baginya dan bagi keturunannya." Harun dan anak-anaknya harus memakai pakaian dalam untuk menutupi daging auratnya dengan jubah yang panjangnya dari pinggang sampai ke bawah. Pengertiannya adalah:

1. Pakaian dalam menggambarkan hidup yang murni dan kudus di hadapan Allah.

2. Perzinahan dan hawa nafsu jahat tidak boleh masuk ke dalam gaya hidup anak Allah.

3. Sebagaimana para imam tersebut maka kita harus membuat keputusan baru setiap hari untuk mengenakan “pakaian dalam” kita dan menjalankan hidup yang murni dan kudus.

1.B.3. Cara melindungi pikiran kita agar tetap bersih dan murni adalah dengan membasuhnya dengan Firman Tuhan setiap hari. Mazmur 119 : 11 “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.” Firman Tuhan memberikan imunisasi pada pikiran kita terhadap semua infeksi rohani didunia.


1.C. Dengan dua sayap Serafim melayang layang yang menggambarkan pujian dan penyembahan. Alkitab mengatakan mereka melayang layang sambil menyembah Tuhan dan berseru: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya.”

1.C.1. Wahyu 4 : 8 “Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang." Firman ini menjelaskan bagaimana para Serafim tidak henti-hentinya menyembah Allah siang dan malam. Pintu-pintupun bergetar karena suara mereka. Kepakan sayap mereka juga seperti musik yang penuh kemuliaan.

1.C.2. Puncak pujian dan bentuk penyembahan tertinggi selalu dikaitkan dengan kekudusan dan kemuliaan Allah. Ketika para Serafim memuji maka seluruh dunia penuh dengan kemuliaan Allah.

1.C.3. Kita harus mempunyai perspektif tahta Allah agar bisa menyembah bersama-sama dengan para Serafim. Banyak orang mengalami aniaya, tertekan oleh musuh, atau mungkin hidup dalam pemerintahan menentang penginjilan. Lalu bagaimana mungkin para Serafim menyanyikan seluruh bumi penuh kemuliaan Allah sementara kita di bumi sedang mengalami tekanan dan penganiayaan? Jawabannya ada hubungannya dengan wawasan pandangan persepektif kita tentang tahta Allah. Sebagai ilustrasi, jika kita menaiki bukit yang rendah maka kita hanya memiliki perspektif yang sedikit. Tetapi jika kita mendaki gunung Everest, kita naik lebih tinggi dan memiliki sudut pandang yang luas, seperti kita sedang duduk bersama Kristus di Kerajaan Surga. Kita akan bersuka cita dengan para Serafim dan bersama-sama mereka mengatakan seluruh dunia penuh dengan kemuliaan Allah.


2. Pelayanan yang Sempurna dari Sudut Pandang Manusia.

Suatu saat Samuel yang adalah seorang nabi dan hakim dari Israel akan mengakhiri masa tugasnya dan ia mengundang seluruh bangsa Israel untuk hadir. 1 Samuel 12 : 1-3 demikian :“Berkatalah Samuel kepada seluruh orang Israel: "Telah kudengarkan segala permintaanmu yang kamu sampaikan kepadaku, dan seorang raja telah kuangkat atasmu. Maka sekarang raja itulah yang menjadi pemimpinmu; tetapi aku ini telah menjadi tua dan beruban, dan bukankah anak-anakku laki-laki ada di antara kamu? Akulah yang menjadi pemimpinmu dari sejak mudaku sampai hari ini. Di sini aku berdiri. Berikanlah kesaksian menentang aku di hadapan TUHAN dan di hadapan orang yang diurapi-Nya: Lembu siapakah yang telah kuambil? Keledai siapakah yang telah kuambil? Siapakah yang telah kuperas? Siapakah yang telah kuperlakukan dengan kekerasan? Dari tangan siapakah telah kuterima sogok sehingga aku harus tutup mata? Aku akan mengembali-kannya kepadamu." Dari perkataan ini kita bisa mengerti bahwa :

2.A. Samuel sudah menjadi hakimi bagi semua orang, dan sekarang ia mengijinkan semua orang menghakimi dia. Tetapi seluruh bangsa Israel tidak menemukan kesalahan pada Samuel. 1 Samuel 12 : 4 “Jawab mereka: ‘Engkau tidak memeras kami dan engkau tidak memperlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapapun.’" Kita tahu bahwa Samuel adalah hakim. Ia pasti pernah memenjarakan atau menghukum seseorang. Tetapi tidak ada dari bangsa Israel yang menuduh Samuel selingkuh dengan istri mereka, atau Samuel pernah membuat perjanjian palsu. Dengan sepakat seluruh bangsa Israel setuju mengatakan bahwa Samuel tidak melakukan kesalahan pada mereka. Samuel adalah teladan sejati yang patut ditiru oleh setiap hamba Tuhan.

2.B. Kesaksian orang banyak tidak cukup memuaskan Samuel. Samuel tahu terkadang orang-orang itu bisa saja tertipu. Ia merasa suara dari rakyat itu tidak cukup meyakinkannya. Samuel ingin mendengarkan juga suara dari sorga, yakni tentang apa yang Allah katakan tentang hidup dan pelayanan Samuel. Ini kita dapati pada ayat yang ke 18 “Lalu berserulah Samuel kepada TUHAN, maka TUHAN memberikan pada hari itu guruh dan hujan, sehingga sangat takutlah seluruh bangsa itu kepada TUHAN dan kepada Samuel.”

2.B.1. Samuel mengalami kebesaran Allah saat Allah memberikan guruh dan hujan untuk membenarkan hambaNya. Allah meneguhkan kemurnian hati Samuel.

2.B.2. Samuel adalah model pelayan yang sempurna dari sudut pandang manusia. Apabila pada akhir pelayanan kita hendak menanyakan pertanyaan yang sama seperti yang Samuel tanyakan, dari sekarang kita harus berpikir tentang kelakuan kita selama kita melayani. Kita harus selalu menutupi kaki kita setiap hari dan berketetapan untuk menjalani hidup yang murni dan kudus di hadapan Allah. Maka Allah-pun juga akan meneguhkan kita dan memberkati pelayanan kita.

2.C. Gambaran jejak dari urapan yang berlimpah. Mazmur 133 : 1-3 “Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.” Ini adalah gambaran tentang pengurapan minyak atas Harun. Harun diurapi dengan minyak kudus yang berlimpah, yang meleleh ke janggut dan ke leher jubahnya. Lelehan minyak ini turun hingga mendandai jejak kakinya Harun saat ia berjalan. Jejak kaki ini menunjukkan urapan Allah padanya.

2.C.1. Kita juga telah diiurapi dengan minyak Roh Kudus. Yesus mengurapi kita dengan minyak Roh Kudus yang berlimpah limpah, di mana urapan itu mengalir atas kita, meleleh, dan memberi tanda pada jejak kaki kita juga.

2.C.2. Jejak ketulusan hati seorang hamba Allah jauh lebih berharga daripada monumen marmer terindah sekalipun. Kita semua pasti harus meninggalkan dunia ini. Saat generasi baru tiba dan mengenang perjalanan pelayanan kita, seharusnya mereka dapat melihat adanya urapan Tuhan dari jejak kaki pelayanan kita.

2.C.3. Penyucian oleh darah Yesus membuat kita bisa bersekutu dengan Allah. 1 Yohanes 1 : 7 ”Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” Kita harus tetap ingat bahwa pengudusan itu hanya bisa dilakukan oleh darah Yesus. Oleh sebabnya jika ada sesuatu hal yang tidak kudus maka kita harus segera bertobat dan menerima pembersihan dari dosa kita.


Penutup

Aliran pembasuhan darah Yesus menyebabkan persekutuan kita dengan Allah menjadi mungkin. Darah Yesus membersihkan kita dan Roh Kudus itu merekatkan kita kepadaNya. Pelayanan yang rekat dengan Roh Kudus adalah pelayanan yang berharga bagi Allah dan KerajaanNya. Mari kita perhatikan bagaimana kita melayani saat kita membawa jiwa-jiwa baru. Kita perlu berjaga-jaga karena sorga memperhatikan kita. Kiranya suatu hari Allah mengaruniakan kepada kita suatu perpisahan yang sama seperti yang terjadi pada Nabi Samuel. Kemurnian dan kekudusan sangat penting bagi Allah. Allah perlu bejana yang kudus untuk membawa Injil yang kudus ini.


Bagian 3: Diskusi Kelompok

1. Bilamana para Serafim menutupi wajah mereka, lalu seperti apakah seharusnya perilaku seorang hamba Tuhan yang benar saat melayani?


2. Apa pendapat anda tentang model perpisahan Samuel pada akhir pelayanan beliau?



bottom of page